Standar
akuntansi adalah suatu metode dan format baku dalam penyajian informasi laporan
keuangan suatu entitas. Standar ini dibuat, disusun dan disahkan oleh lembaga
resmi (standard setting body), yaitu Ikatan Akuntan Indonesia. Di dalam
standar keuangan dijelaskan transaksi apa saja yang harus dicatat, bagaimana
cara mencatatnya dan bagaimana penyajiannya.
Format
penyajian laporan keuangan menjadi permasalahan utama akuntan. Penyajian
laporan keuangan di setiap perusahaan berbeda-beda tergantung jenis kegiatan dari
perusahaan tersebut. Perbedaan penyajian pelaporan keuangan tersebut tentunya
akan membingungkan bagi pengguna jika ia mencoba membandingkan kondisi dua
perusahaan. Standarisasi format laporan keuangan diperlukan untuk mengatasi
masalah ini. Dengan adanya standarisasi ini, tidak hanya akuntan profesional
akan mudah membaca kondisi perusahaan tetapi juga orang awam yang ingin
mengetahui kondisi perusahaan tersebut juga.
Metode
dan format laporan keuangan harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan.
Standar akuntansi ini dapat berubah dan berkembang sesuai tuntutan di
masyarakat dan perkembangan dunia usaha. Di Indonesia, saat ini terdapat 4
(empat) standar akuntansi yang dikenal dengan 4 Pilar Standar Akuntansi, yaitu:
1. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)
SAK digunakan untuk suatu badan yang memiliki akuntanbilitas
publik, yaitu badan yang terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar
modal atau badan fidusia (badan usaha yang menggunakan dana masyarakat, seperti
asuransi, perbankan dan dana pensiun). Sejak tahun 2012, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) mengadopsi standar dari International Financial Report Standard
(IFRS) untuk standar akuntansi keuangan yang berlaku di seluruh perusahaan
terdaftar yang ada di Indonesia.
2. STANDAR AKUNTANSI
KEUANGAN BADAN USAHA TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK-ETAP)
SAK
ETAP digunakan untuk suatu badan yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum. SAK-ETAP juga
mengikuti standar yang ditetapkan oleh IFRS khususnya bidang Small Medium
Enterprise (Usaha Kecil Menengah). SAK-ETAP ini dikeluarkan sejak tahun
2009 dan berlaku efektif pada tahun 2011.
SAK-ETAP
pada dasarnya adalah penyederhanaan SAK IFRS. Beberapa penyederhanaan yang
terdapat dalam SAK-ETAP adalah:
- Tidak ada Laporan Laba / Rugi Komprehensif.
- Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud dan propersi investasi setelah tanggal perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai revaluasi atau nilai wajar.
- Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan. Beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.
Badan
usaha yang menggunakan SAK-ETAP dalam laporan auditnya menyebutkan laporan
keuangan badan usaha telah sesuai dengan SAK-ETAP. SAK-ETAP memiliki manfaat,
yaitu apabila diterapkan dengan tepat, diharapkan unit usaha kecil dan menengah
mampu membuat laporan tanpa harus dibantu oleh pihak lain dan dapat dilakukan
audit terhadap laporannya tersebut.
Sasaran
SAK-ETAP ini memang ditujukan untuk jenis Usaha Kecil dan Menengah, namun tidak
banyak pengusaha UKM yang memahami hal ini. Perlu adanya sosialisasi dan
pelatihan untuk SAK-ETAP ini agar UKM dapat berkembang dan dipercaya oleh
investor.
3. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH (SAK
SYARIAH)
Standar ini digunakan untuk badan usaha yang memiliki
transaksi syariah atau berbasis syariah. Standar ini terdiri atas kerangka
konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar penyajian laporan
keuangan dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah,
salam, ijarah dan istishna.

Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun laporan
keuangan. Sebagai badan usaha yang memiliki akuntabilitas publik signifikan,
bank syariah menggunakan PSAK, sedangkan untuk transaksi syariahnya menggunakan
PSAK Syariah.
Akuntansi syariah memang salah satu cabang akuntansi yang
tergolong baru. Belum banyak orang yang mengetahui penerapan prinsip-prinsip
syariah ke dalam bidang akuntansi sehingga perlu sosialisasi dan pelatihan
tentang cabang terbaru bidang akuntansi.
4. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)
SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan
dan disusun mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. Standar
ini digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan, baik pusat
ataupun daerah. SAP disusun dan disahkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah (KSAP SAP). SAP berbasis akrual ditetapkan dalam PP No. 71 Tahun
2010. Instansi masih diperkenankan menggunakan PP No. 24 Tahun 2005, SAP
berbasis kas menuju akrual sampai tahun 2014.
SAP berbasis kas menuju akrual menggunakan basis kas untuk penyusunan laporan realisasi anggaran dan menggunakan basis akrual untuk penyusunan neraca. Pada SAP berbasis akrual, laporan realisasi anggaran tetap menggunakan basis kas karena akan dibandingkan dengan anggaran yang disusun dengan menggunakan basis kas, sedangkan laporan operasional yang melaporkan kinerja badan usaha disusun dengan menggunakan basis akrual.